“Berlumba-lumba ibadah
di Sepuluh Akhir Ramadhan”
Oleh: A.Biara
Lebih dari separuh malam sudah kita lewati bulan Ramadhan ini.
Malam-malam yang sudah terlewat itu, mungkin sebagian dari kita ada yang
menyesal sebab belum memperbanyak amalan atau bahkan ada yang biasa-biasa saja.
Malam-malam yang telah berlalu tersebut tidak mungkin dapat terulang kembali, namun masih ada kesempatan pada sisa
malam berikutnya.
Apalagi dimalam sepuluh akhir ini, balasan pahalanya berlipat-ganda dan lebih daripada itu di antara malam tersebut ada satu malam yang paling istimewa iaitu malam seribu bulan atau yang kita sebut dengan malam Lailatul Qadar, difirmankan khusus oleh Allah dalam QS. Al-Qadar.
“Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Alquran) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar.” (QS Al-Qadar: 1-5).
Allah menguraikan malam Lailatul Qadar serta mengabadikannya dalam Quran sebagai bukti bahwa Allah begitu mengistimewakan malam tersebut. Malam kemuliaan-Nya itu dirahasiakan oleh Allah untuk segenap hamba-Nya.
Dirahasiakan, sebab Allah ingin melihat sejauh mana usaha hamba-hamba-Nya untuk bersedia memperbanyakkan amalan pada bulan ramadhan dengan pendekatan diri yang dapat kita usahakan salah-satunya melalui iktikaf.
Dalam hadis yang diriwayatkan dari Aisyah, Rasulullah SAW bersabda, “Apabila tiba sepuluh malam terakhir di bulan Ramadhan, Rasulullah SAW menghidupkan ibadah malam. Nabi membangunkan istri-istrinya. Nabi amat bersungguh-sungguh dan bersemangat sekali dalam menghidupkan malam tersebut,” (HR Bukhari dan Muslim).
Dalam hadits lain, dirawiyatkan dari Ibnu Umar RA, beliau berkata, “Biasanya Rasulullah SAW beriktikaf pada sepuluh terakhir di bulan Ramadhan,” (HR Bukhari dan Muslim)
Bahkan, Rasulullah SAW mengistimewakan sepuluh terakhir di bulan Ramadhan tidak seperti bulan-bulan biasanya. Hal tersebut tertera dalam hadis yang diriwayatkan dari Aisyah RA, katanya, “Rasulullah SAW bermujahadah pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan tidak seperti bulan-bulan lain,” (HR Bukhari dan Muslim).
Jika Allah telah menjadikan bulan Rajab sebagai syahrullah (bulan-Nya), bulan Sya’ban sebagai syahrurrasul (Nabi Muhammad), maka Ramadhan Allah hadiahkan sebagai bulan dilipat-gandakannya amal kebaikan dan penuh ampunan ini khusus untuk umat Rasulullah SAW. Rasul pun lebih giat dan menghidupkan ibadah malam di sisa sepuluh terakhir ramadhan.
Semoga Allah memberikan kekuatan supaya kita dapat menghidupkan ibadah di sisa-sisa ramadhan dan memberikan hidayah dan maghfirah-Nya. Amin.
Apalagi dimalam sepuluh akhir ini, balasan pahalanya berlipat-ganda dan lebih daripada itu di antara malam tersebut ada satu malam yang paling istimewa iaitu malam seribu bulan atau yang kita sebut dengan malam Lailatul Qadar, difirmankan khusus oleh Allah dalam QS. Al-Qadar.
“Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Alquran) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar.” (QS Al-Qadar: 1-5).
Allah menguraikan malam Lailatul Qadar serta mengabadikannya dalam Quran sebagai bukti bahwa Allah begitu mengistimewakan malam tersebut. Malam kemuliaan-Nya itu dirahasiakan oleh Allah untuk segenap hamba-Nya.
Dirahasiakan, sebab Allah ingin melihat sejauh mana usaha hamba-hamba-Nya untuk bersedia memperbanyakkan amalan pada bulan ramadhan dengan pendekatan diri yang dapat kita usahakan salah-satunya melalui iktikaf.
Dalam hadis yang diriwayatkan dari Aisyah, Rasulullah SAW bersabda, “Apabila tiba sepuluh malam terakhir di bulan Ramadhan, Rasulullah SAW menghidupkan ibadah malam. Nabi membangunkan istri-istrinya. Nabi amat bersungguh-sungguh dan bersemangat sekali dalam menghidupkan malam tersebut,” (HR Bukhari dan Muslim).
Dalam hadits lain, dirawiyatkan dari Ibnu Umar RA, beliau berkata, “Biasanya Rasulullah SAW beriktikaf pada sepuluh terakhir di bulan Ramadhan,” (HR Bukhari dan Muslim)
Bahkan, Rasulullah SAW mengistimewakan sepuluh terakhir di bulan Ramadhan tidak seperti bulan-bulan biasanya. Hal tersebut tertera dalam hadis yang diriwayatkan dari Aisyah RA, katanya, “Rasulullah SAW bermujahadah pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan tidak seperti bulan-bulan lain,” (HR Bukhari dan Muslim).
Jika Allah telah menjadikan bulan Rajab sebagai syahrullah (bulan-Nya), bulan Sya’ban sebagai syahrurrasul (Nabi Muhammad), maka Ramadhan Allah hadiahkan sebagai bulan dilipat-gandakannya amal kebaikan dan penuh ampunan ini khusus untuk umat Rasulullah SAW. Rasul pun lebih giat dan menghidupkan ibadah malam di sisa sepuluh terakhir ramadhan.
Semoga Allah memberikan kekuatan supaya kita dapat menghidupkan ibadah di sisa-sisa ramadhan dan memberikan hidayah dan maghfirah-Nya. Amin.
ไม่มีความคิดเห็น:
แสดงความคิดเห็น